Viral Warga Jual Data Retina Mata demi Uang Tunai: Bahaya, Fakta Ilmiah, dan Siapa yang Membeli?

Science50 Dilihat

Aiteknos.com – Penjualan data retina mata kembali menjadi topik hangat setelah viralnya aktivitas pemindaian retina oleh perangkat bernama Orb di berbagai daerah di Indonesia.

Warga ditawari kompensasi berupa uang tunai hingga ratusan ribu rupiah hanya dengan memindai mata mereka.

Fenomena ini mengundang berbagai pertanyaan mengenai keamanan, etika, dan masa depan data pribadi masyarakat.

Apa Itu Data Biometrik?

Data biometrik adalah data biologis unik yang berasal dari tubuh manusia dan digunakan untuk mengidentifikasi seseorang.

Contoh data biometrik meliputi:
* Sidik jari
* Pengenalan wajah
* Suara
* Pola iris dan retina mata
* Bentuk tangan atau telapak tangan
* Pola urat (vein pattern recognition)

Retina mata sendiri adalah jaringan saraf tipis di bagian belakang mata yang memproses cahaya dan mengirimkannya ke otak.

Setiap orang memiliki pola retina yang unik, sehingga retina sangat ideal untuk autentikasi identitas dengan akurasi tinggi.

Baca Juga :  Apakah Kecanduan Gadget Berefek Seperti Narkoba? Tinjauan Ilmiah Terbaru

Menurut jurnal-jurnal ilmiah dalam bidang bioinformatika, retina scan dianggap sebagai salah satu metode biometrik paling akurat dan sulit dipalsukan, bahkan lebih presisi dari sidik jari.

Namun, karena sifatnya yang permanen dan tidak bisa diganti, penyalahgunaan data retina menjadi risiko besar terhadap privasi individu.

Mengapa Warga Rela Menjual Data Retina?

Iming-iming uang tunai menjadi alasan utama. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, tawaran Rp400.000–Rp800.000 cukup menarik bagi sebagian warga.

Prosesnya juga mudah: cukup unduh aplikasi, lakukan scan retina melalui perangkat Orb, dan dana akan masuk ke akun pengguna.

Di balik kemudahan tersebut, banyak yang belum memahami nilai dan risiko besar dari data biometrik tersebut.

Bahaya Menjual Data Retina Mata

Beberapa risiko utama yang mengintai adalah:
* Tidak Bisa Diganti: Bila kata sandi bocor, bisa diubah. Tapi data retina tak bisa diganti. Sekali bocor, selamanya rentan.

Baca Juga :  Robot Kuda Kawasaki: Inovasi Canggih untuk Industri dan Hiburan

* Pencurian Identitas: Data retina bisa dipakai untuk membuka akses ke sistem keamanan tingkat tinggi.

* Surveillance (Pengawasan): Data retina bisa disalahgunakan untuk melacak individu secara global.

* Jual Beli Data: Perusahaan pihak ketiga bisa menjual data ini tanpa izin, bahkan untuk tujuan yang tidak etis.

Siapa yang Mengoleksi dan Mengapa?

Perusahaan seperti Worldcoin mengklaim ingin menciptakan identitas digital global melalui World ID, yang menggunakan retina sebagai bukti unik bahwa seseorang adalah manusia dan bukan AI.

Data tersebut disimpan dalam sistem blockchain dan diklaim aman, tapi pakar privasi dan hukum siber menyebut klaim ini terlalu prematur dan tak cukup transparan.

Sejumlah negara seperti Kenya, Spanyol, dan Portugal telah melarang aktivitas Worldcoin.

Baca Juga :  Mengenal eSIM: Teknologi SIM Digital Masa Depan yang Siap Gantikan SIM Fisik

Mereka menilai proyek ini belum jelas dari segi keamanan data, penyimpanan jangka panjang, hingga potensi pelanggaran HAM dalam bentuk eksploitasi warga miskin.

Langkah Pemerintah Indonesia

Menanggapi keresahan publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memutuskan untuk menghentikan aktivitas World App dan pemindaian retina hingga proses audit dan evaluasi selesai.

DPR RI juga mendorong dibuatnya regulasi khusus untuk melindungi data biometrik warga.

Menjual data retina mungkin tampak menguntungkan dalam jangka pendek, tetapi risikonya terhadap masa depan identitas digital dan privasi sangat besar.

Data biometrik adalah aset pribadi bernilai tinggi dan tidak seharusnya ditukar dengan uang tunai dalam sistem yang tidak sepenuhnya transparan.

Masyarakat harus sadar bahwa data tubuh bukan sekadar angka—melainkan cermin dari identitas digital yang perlu dilindungi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *