Gadget Neck Mengintai, Ancaman Kesehatan dari Kebiasaan Main HP Terlalu Lama

Gadget128 Dilihat

Aiteknos.com – Di era digital seperti sekarang, tak sedikit orang yang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar ponsel.

Entah untuk bekerja, scrolling media sosial, bermain game, atau sekadar mengecek notifikasi.

Namun di balik kemudahan yang ditawarkan gawai, terselip ancaman kesehatan yang kian nyata: gadget neck alias text neck.

Istilah ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tapi sebenarnya kondisi ini sudah diam-diam mengintai banyak pengguna gadget aktif.

Gadget neck merupakan keluhan pada leher, pundak, hingga punggung bagian atas akibat posisi tubuh yang buruk saat menggunakan ponsel atau perangkat digital dalam waktu lama.

Apa Itu Gadget Neck?

Gadget neck adalah istilah untuk menggambarkan postur kepala yang terlalu condong ke depan saat menatap layar ponsel atau tablet.

Postur ini, jika dilakukan terus-menerus, menyebabkan ketegangan otot di area leher dan pundak, serta bisa menjalar hingga ke tulang belakang bagian atas.

Baca Juga :  Review Lengkap OPPO K13: Spesifikasi, Keunggulan, dan Harga Terbaru

Menurut para ahli ortopedi dan fisioterapi, kebiasaan menunduk 45 derajat saat bermain ponsel bisa memberikan beban hingga 22 kilogram ke tulang belakang leher.

Itu setara dengan memikul beban berat setiap hari, tanpa disadari.

Tak heran, makin banyak orang—terutama usia produktif dan remaja—mengeluh nyeri leher, bahu terasa kaku, hingga kesemutan di tangan.

Semua ini bisa menjadi gejala awal gadget neck yang dibiarkan terus-menerus.

Siapa yang Rentan?

Siapa saja bisa mengalami gadget neck. Namun kelompok usia muda hingga dewasa awal (15–40 tahun) menjadi yang paling rentan.

Alasannya sederhana: kelompok ini paling aktif menggunakan gadget, baik untuk keperluan kerja, belajar, maupun hiburan.
Anak-anak pun tidak luput.

Banyak dari mereka yang kini terbiasa bermain game atau menonton YouTube di ponsel selama berjam-jam.

Jika tidak ditangani sejak dini, masalah postur bisa menjadi permanen dan mengganggu pertumbuhan tulang.

Baca Juga :  Smartwatch Murah Bukan Berarti Murahan! Rekomendasi Smartwatch Terbaik di Bawah Rp500 Ribu

Ancaman Lebih Serius

Gadget neck bukan sekadar rasa pegal. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius.

Di antaranya:
* Degenerasi tulang belakang leher
* Saraf terjepit (hernia nukleus pulposus servikal)
* Sakit kepala kronis akibat ketegangan otot leher
* Masalah pernapasan akibat kompresi pada dada dan bahu
* Gangguan tidur

Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa postur kepala yang terlalu menunduk bisa mengurangi kapasitas paru-paru hingga 30% karena tekanan pada otot dada.

Cara Menanggulanginya

Kabar baiknya, gadget neck bisa dicegah dan ditangani. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan:

* Perbaiki Posisi Saat Menggunakan Gadget
Usahakan posisi layar sejajar dengan mata agar tidak perlu menunduk terlalu jauh. Gunakan penyangga ponsel atau tablet jika perlu.

* Batasi Durasi Penggunaan
Terapkan prinsip 20-20-20: setiap 20 menit menggunakan gadget, alihkan pandangan ke jarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.

Baca Juga :  Vivo Y11: Smartphone Entry-Level dengan Baterai Tahan Lama dan Desain Elegan

* Lakukan Peregangan Rutin
Latihan sederhana seperti memutar bahu, menarik dagu ke belakang, dan meregangkan leher bisa membantu mengurangi ketegangan otot.

* Gunakan Kursi Ergonomis
Jika sering bekerja di depan layar, pastikan kursi dan meja mendukung postur tubuh yang benar, dengan sandaran kepala dan lengan yang nyaman.

* Konsultasi ke Ahli
Bila nyeri sudah menetap atau menjalar ke lengan, segera periksa ke dokter spesialis ortopedi atau fisioterapis.

Kesadaran Jadi Kunci

Masalah gadget neck bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang usia atau profesi. Kunci utamanya adalah kesadaran akan postur tubuh saat menggunakan perangkat digital.

Jangan tunggu sampai sakit muncul baru mengambil tindakan.
Di tengah era serba online seperti sekarang, tubuh kita justru harus lebih diperhatikan.

Teknologi memang memudahkan hidup, tapi jangan sampai kenyamanan digital berujung pada penderitaan fisik.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *