Aiteknos.com – Menjelang Hari Raya Idulfitri 2025, fenomena sewa iPhone kembali menjadi sorotan di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Solo, Malang, dan Surabaya.
Tren ini mencatat lonjakan permintaan yang signifikan, dengan penyedia jasa melaporkan peningkatan hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
Apa yang mendorong maraknya penyewaan iPhone di momen Lebaran tahun ini? Analisis ini akan mengupas faktor pemicu, dampak sosial-ekonomi, dan proyeksi tren ke depan berdasarkan data dan pandangan ahli.
Faktor Pemicu Lonjakan Sewa iPhone
1. Dokumentasi Berkualitas Tinggi
Salah satu alasan utama yang kerap disebut oleh penyewa adalah keunggulan kamera iPhone dalam mengabadikan momen.
Lebaran, sebagai waktu silaturahmi dan reuni keluarga, mendorong banyak orang ingin mendokumentasikan acara dengan foto dan video berkualitas tinggi.
“Kamera iPhone punya warna tajam dan fitur canggih, jauh lebih baik dari ponsel saya,” ujar Rina, seorang penyewa dari Semarang, yang menyewa iPhone 15 Pro untuk keperluan Lebaran.
Data dari penyedia jasa seperti Sewa iPhone Malang menunjukkan bahwa 60% pelanggan menyebut kebutuhan dokumentasi sebagai motif utama.
2. Simbol Status dan Gengsi
Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, menyebut fenomena ini sebagai “kebutuhan simbolik”.
iPhone, dengan citra premiumnya, sering dianggap sebagai penanda status sosial. Di momen Lebaran yang identik dengan pameran gaya hidup—mulai dari baju baru hingga gadget—menyewa iPhone menjadi cara instan untuk tampil eksklusif tanpa mengeluarkan biaya besar.
“Banyak yang merasa perlu menunjukkan bahwa mereka bagian dari kelas tertentu, meski hanya sementara,” jelas Drajat.
3. Efisiensi Ekonomi
Harga iPhone baru yang berkisar antara Rp 13 juta hingga Rp 30 juta (tergantung model) membuat pembelian menjadi beban bagi sebagian kalangan.
Sebaliknya, sewa iPhone menawarkan solusi hemat dengan tarif harian mulai Rp 90.000 hingga Rp 220.000, tergantung tipe dan durasi.
Misalnya, menyewa iPhone 14 untuk seminggu hanya membutuhkan sekitar Rp 1,5 juta, jauh lebih murah dibandingkan membeli baru.
Promo Lebaran seperti “sewa 3 hari gratis 3 hari” dari penyedia di Malang juga menambah daya tarik opsi ini.
4. Pengaruh Media Sosial
Media sosial menjadi katalis penting dalam tren ini. Lebaran 2025 bertepatan dengan meningkatnya tren konten digital, seperti vlog mudik atau foto keluarga estetik, yang membutuhkan perangkat mumpuni.
“Saya butuh iPhone biar video silaturahmi di TikTok kelihatan cinematic,” ungkap Dino, seorang konten kreator muda dari Surabaya.
Hal ini sejalan dengan temuan bahwa 70% penyewa adalah Gen Z berusia 17-25 tahun, kelompok yang aktif di platform seperti Instagram dan TikTok.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak Sosial: Hiperrealitas dan Tekanan Sosial
Dosen Sosiologi UNS, Nurhadi, menilai tren sewa iPhone sebagai wujud “hiperrealitas”—realitas yang dilebih-lebihkan untuk memenuhi ekspektasi sosial.
“Orang merasa kurang percaya diri dengan apa yang mereka miliki, sehingga menyewa iPhone jadi cara untuk ‘mengemas’ citra diri,” katanya.
Namun, ini juga memunculkan dampak negatif, seperti tekanan untuk terus menjaga penampilan di mata orang lain, bahkan hingga mengorbankan keuangan pribadi.
Di sisi lain, fenomena ini memicu cibiran di kalangan yang mengetahui realitas sebenarnya.
“Teman tahu saya cuma sewa, malah jadi bahan candaan,” keluh Rudi, seorang karyawan swasta dari Jakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa gengsi sementara tidak selalu diterima positif oleh lingkungan sosial.
Dampak Ekonomi: Peluang Bisnis dan Indikator Daya Beli
Secara ekonomi, tren sewa iPhone membuka peluang bisnis yang menguntungkan.
Pemilik jasa seperti Aceng Production di Bogor melaporkan omzet puluhan juta rupiah selama Ramadan dan Lebaran 2025, dengan permintaan mencapai 14 unit per hari dibandingkan 5-6 unit di hari biasa. Ini menunjukkan adanya pasar baru yang berkembang pesat.
Namun, sebagian analis melihat fenomena ini sebagai tanda daya beli masyarakat yang stagnan. “Maraknya sewa iPhone bisa jadi sinyal ekonomi menengah ke bawah sedang lesu.
Mereka ingin gaya hidup premium tapi tak mampu beli,” ujar ekonom UI, Fithra Faisal. Data BPS menunjukkan inflasi barang elektronik tetap tinggi pada Q1 2025, sementara pendapatan riil masyarakat hanya naik tipis, mendukung argumen ini.
Proyeksi Tren ke Depan
Tren sewa iPhone diperkirakan akan terus tumbuh, terutama di momen-momen besar seperti Lebaran, libur nasional, atau peluncuran model baru seperti iPhone 17 yang dirumorkan rilis akhir 2025.
Persaingan antar penyedia jasa juga akan mendorong inovasi, seperti paket sewa bulanan atau bundling dengan aksesori premium.
Namun, jika ekonomi membaik dan daya beli meningkat, sebagian konsumen mungkin beralih ke pembelian langsung, terutama dengan adanya cicilan 0% dari e-commerce.
Di sisi lain, kesadaran akan dampak psikologis hiperrealitas bisa mengurangi ketergantungan pada gengsi teknologi.
Kampanye digital yang mendorong penerimaan diri dan penggunaan gadget sesuai kebutuhan—bukan status—mungkin akan muncul sebagai respons terhadap tren ini.
Maraknya sewa iPhone di Lebaran 2025 adalah cerminan kompleksitas kebutuhan modern: kepraktisan, gengsi, dan keterbatasan ekonomi.
Meski menawarkan solusi sementara yang menguntungkan bagi pengguna dan pelaku usaha, fenomena ini juga menggarisbawahi tantangan sosial dan ekonomi yang lebih dalam.
Bagi masyarakat, ini menjadi pengingat untuk menyeimbangkan antara kebutuhan nyata dan tekanan simbolik di era digital.
Apakah tren ini akan tetap jadi bagian dari tradisi Lebaran di masa depan? Hanya waktu yang bisa menjawab.