Apakah Kecanduan Gadget Berefek Seperti Narkoba? Tinjauan Ilmiah Terbaru

Science55 Dilihat

Aiteknos.com – Di era digital saat ini, penggunaan gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Namun, semakin banyak orang yang menunjukkan tanda-tanda kecanduan gadget, memunculkan pertanyaan: apakah dampaknya pada otak dan perilaku manusia serupa dengan efek narkoba?

Penelitian ilmiah terbaru memberikan wawasan mendalam tentang hubungan ini, mengungkap kesamaan dan perbedaan yang mencolok antara kecanduan gadget dan penggunaan zat adiktif.

Mekanisme Kecanduan: Dopamin sebagai Kunci Utama

Kecanduan, baik terhadap narkoba maupun gadget, berkaitan erat dengan sistem penghargaan di otak, khususnya neurotransmitter dopamin.

Dopamin adalah senyawa kimia yang dilepaskan otak saat seseorang mengalami kesenangan atau kepuasan.

Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Addictions (2023), penggunaan gadget yang berlebihan—seperti scrolling media sosial, bermain game online, atau menonton video—memicu pelepasan dopamin secara berulang, mirip dengan apa yang terjadi saat seseorang mengonsumsi narkoba seperti kokain atau amfetamin.

Dr. Anna Lembke, ahli neurosains dari Stanford University, menjelaskan bahwa aktivitas digital tertentu, seperti notifikasi media sosial atau kemenangan dalam game, menciptakan “loop penghargaan” yang membuat pengguna terus kembali mencari stimulus tersebut.

“Ini mirip dengan efek narkoba, di mana otak dilatih untuk mengantisipasi hadiah instan,” ujarnya dalam wawancara dengan Scientific American pada 2024.

Baca Juga :  Masa Depan Ada di Tangan AI: Bagaimana DeepSeek AI Mengubah Industri Global

Namun, intensitas dan kecepatan pelepasan dopamin akibat gadget biasanya lebih rendah dibandingkan narkoba.

Efek pada Struktur Otak

Penelitian pencitraan otak menggunakan MRI menunjukkan bahwa kecanduan gadget dapat mengubah struktur dan fungsi otak, khususnya di area prefrontal cortex—bagian yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, kontrol impuls, dan perhatian.

Studi dari NeuroImage (2022) menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 7 jam sehari dengan gadget menunjukkan penipisan korteks prefrontal, pola yang juga terlihat pada pengguna narkoba kronis.

Penipisan ini dikaitkan dengan kesulitan berkonsentrasi, impulsivitas, dan penurunan kemampuan emosional.

Namun, perubahan ini tidak secepat atau sedrastis yang disebabkan oleh narkoba.

Narkotika seperti heroin atau metamfetamin dapat merusak neuron secara langsung dan menyebabkan kerusakan permanen dalam hitungan bulan, sedangkan efek gadget lebih bertahap dan seringkali reversibel jika penggunaan dikurangi.

Gejala Perilaku: Mirip, Tapi Berbeda

Secara perilaku, kecanduan gadget dan narkoba memiliki kesamaan.

Pengguna gadget yang kecanduan sering menunjukkan tanda-tanda seperti:

* Toleransi: Membutuhkan waktu yang lebih lama di depan layar untuk merasa puas.
* Withdrawal: Gelisah, mudah marah, atau cemas saat tidak bisa mengakses gadget.
* Pengabaian tanggung jawab: Mengorbankan pekerjaan, sekolah, atau hubungan sosial demi gadget.

Baca Juga :  Xiaomi 33W Magnetic Power Bank RIlis Mei, Solusi Praktis Isi Daya Nirkabel dengan Cepat

Gejala ini paralel dengan kecanduan narkoba, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Namun, kecanduan gadget tidak menyebabkan kerusakan fisik langsung seperti overdosis atau kerusakan organ, yang sering terjadi pada pengguna narkoba.

Dampaknya lebih bersifat psikologis dan sosial, seperti isolasi, depresi, atau gangguan tidur.

Perbedaan Kunci: Kimia vs. Perilaku

Meski ada kesamaan, para ilmuwan menegaskan bahwa kecanduan gadget adalah kecanduan perilaku (behavioral addiction), bukan kecanduan kimiawi seperti narkoba.

Narkoba memperkenalkan zat eksternal yang langsung mengganggu kimia otak, sedangkan gadget memanfaatkan rangsangan alami yang sudah ada dalam sistem saraf manusia.

“Kecanduan gadget lebih mirip dengan kecanduan judi daripada kecanduan heroin,” kata Prof. Mark Griffiths, pakar psikologi adiksi dari Nottingham Trent University, dalam makalahnya di Addictive Behaviors (2024).

Selain itu, efek kecanduan gadget lebih mudah dikendalikan melalui intervensi perilaku, seperti terapi kognitif atau pembatasan waktu layar.

Sebaliknya, kecanduan narkoba sering membutuhkan detoksifikasi medis dan rehabilitasi jangka panjang karena ketergantungan fisik yang kuat.

Dampak Jangka Panjang

Studi longitudinal yang dilakukan oleh University of California (2023) menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang kecanduan gadget berisiko mengalami gangguan kecemasan dan penurunan prestasi akademik dalam jangka panjang.

Baca Juga :  Viral Warga Jual Data Retina Mata demi Uang Tunai: Bahaya, Fakta Ilmiah, dan Siapa yang Membeli?

Meski demikian, efek ini tidak separah dampak narkoba, yang dapat menyebabkan kecacatan permanen atau kematian.

Namun, para peneliti memperingatkan bahwa jika tidak diatasi, kecanduan gadget bisa menjadi “gateway” menuju perilaku adiktif lain, termasuk penggunaan zat.

Secara ilmiah, kecanduan gadget memang memiliki efek yang menyerupai narkoba dalam hal stimulasi dopamin dan perubahan perilaku, tetapi tidak identik. Intensitas, mekanisme, dan dampak fisiknya jauh berbeda.

Kecanduan gadget lebih merupakan masalah perilaku yang dapat diatasi dengan kesadaran dan disiplin, sementara kecanduan narkoba melibatkan ketergantungan kimiawi yang kompleks.

Para ahli merekomendasikan pendekatan preventif untuk mengurangi risiko kecanduan gadget, seperti membatasi waktu layar (maksimal 2-3 jam per hari untuk aktivitas non-esensial), memperbanyak interaksi sosial langsung, dan mengedukasi masyarakat tentang dampaknya.

“Gadget bukan narkoba, tapi kita tidak boleh meremehkan potensinya untuk mengubah otak kita,” tutup Dr. Lembke.

Artikel ini menegaskan bahwa meskipun ada kesamaan, kecanduan gadget tidak sepenuhnya setara dengan kecanduan narkoba.

Namun, di tengah meningkatnya ketergantungan pada teknologi, pertanyaan ini tetap relevan untuk diteliti lebih lanjut demi kesehatan mental generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *